Berita & Info

KTTI UI: Islamisme dan Demokrasi Saling Beriringan dan Mendukung

BeritaKuliah Umum

KTTI UI: Islamisme dan Demokrasi Saling Beriringan dan Mendukung

Kajian Timur Tengah dan Islam (KTTI) SKSG Universitas Indonesia kembali mengadakan seminar bertajuk Islamisme dan Masa Depan Demokrasi di Indonesia pada Rabu (2/10) lalu. Acara yang bertempat di gedung IASTH UI kampus Salemba ini menghadirkan Prof. Greg Fealy (The Australian National University), Prof. Firman Noor (Kepala Pusat Penelitian Politik, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), dan Yon Machmudi, Ph.D (Ketua Program Studi Kajian Wilayah Timur Tengah dan Islam SKSG UI) sebagai pembicara. Athor Subroto, Ph.D, Wakil Direktur SKSG turut membuka seminar yang dihadiri oleh akademisi, LSM dan ormas tesebut.

Prof. Greg menyayangkan pembatasan beberapa kelompok Islamis di Indoensia, baik dalam bentuk partai Islam maupun ormas Islam. Karena dari representasi yang terbatas tersebut menjadikan radikalisasi dapat tumbuh dan berkembang. Saat ini gerakan Islamis adalah arus organik yang tidak bisa dibendung lagi. Penekannya malah akan merusak demokrasi yang ada di Indonesia.

Framing Islamisme yang beredar di masyarakat adalah kelompok radikal. padahal yang berjuang dengan mengusung ide Islam bukan hanya mereka. Menurut Prof. Firman, mereka adalah kelompok minoritas yang tidak bisa menjadi representasi Islam secara general. Islamisme dapat berbentuk partai Islam seperti Masyumi serta ormas Islam mainstream seperti Muhammadiyah dan NU. Sepanjang sejarah, Islamisme mainstream ini mampu beriringan dan mendukung demokrasi Indonesia.

Dr. Yon menyambut positif Islamis di Indonesia. Baginya, kelompok ini cenderung lebih rileks daripada yang dipertontonkan oleh Timur Tengah. Demokrasi yang menjadi sistem di Indonesia tidak perlu lagi dipertentangkan. “Mari kita membangun bangsa secara inkusif,” tekannya. Ia pun berharap ke depannya akan ada politik Islam dalam bingkai pemikiran atau praktis yang dapat menjawab tantangan demokrasi, HAM dan social justice.

Diskusi dengan pemantik dari pertanyaan peserta mengenai populisme, politik identitas, dan beberapa isu terkini di politik Indonesia dilakukan dengan tertib. Prof. Greg menekankan di akhir diskusi bahwa hak setiap orang untuk memilih corak Islam apa yang ia anut adalah bentuk dari demokrasi, toleransi dan kebebasan. Menerima perbedaan dan mengakui perbedaan.

(red:Dhita Ayomi; pict:PW)

[ngg src=”galleries” ids=”20″ display=”basic_thumbnail” override_thumbnail_settings=”1″ thumbnail_width=”160″ thumbnail_height=”120″ images_per_page=”16″ number_of_columns=”4″ show_slideshow_link=”0″]