Mengusung Semangat Gotong Royong, FORMA SKSG UI Gelar Diskusi Publik Bahas Solusi Rumah untuk Rakyat
February 14, 2025 2025-02-17 11:40Mengusung Semangat Gotong Royong, FORMA SKSG UI Gelar Diskusi Publik Bahas Solusi Rumah untuk Rakyat

Mengusung Semangat Gotong Royong, FORMA SKSG UI Gelar Diskusi Publik Bahas Solusi Rumah untuk Rakyat
Jakarta, 13 Februari 2025 – FORMA SKSG UI menggelar diskusi publik dengan tema “Semangat Gotong Royong: Membangun Rumah untuk Rakyat, Solusi Mengentaskan Kemiskinan Menuju Indonesia Emas 2045” yang berlangsung di Balai Sidang Universitas Indonesia, Depok.
Diskusi ini dihadiri oleh Athor Subroto, Direktur SKSG UI, Musleh, Ketua Umum FORMA SKSG UI, dan berbagai narasumber penting, di antaranya Tesdiyanto, Staf Ahli Bidang Sosial, Ekonomi, Budaya, Ilmu Pengetahuan, dan Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PKP), serta Lin Yola, Dosen Kajian Pengembangan Perkotaan.
Dalam sambutannya, Musleh menyampaikan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk menghidupkan kembali semangat gotong royong yang semakin terkikis oleh perkembangan zaman. Menurut Musleh, konsep gotong royong, seperti yang tercermin dalam keberhasilan Kampung Mafta yang mengedepankan kearifan lokal, menjadi pilar penting dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045. “Melalui gotong royong, kita bisa mengatasi berbagai tantangan, termasuk dalam pembangunan rumah untuk rakyat,” ujarnya.
Senada dengan itu, Athor Subroto juga memberikan sambutan positif terhadap diskusi ini. Ia menekankan bahwa semangat gotong royong harus terus digalakkan, karena nilai ini semakin jarang terdengar di tengah pesatnya perkembangan zaman. Menurut Athor, program pembangunan 3 juta rumah untuk rakyat harus lebih serius dijalankan, dengan memastikan bahwa ruang untuk tinggal yang layak tersedia bagi masyarakat, terutama untuk masa depan generasi mendatang. “Rumah bukan hanya tentang tempat tinggal, tetapi juga masa depan. Anak-anak yang berkembang membutuhkan ruang yang cukup untuk tumbuh,” tambahnya.
Dalam sesi diskusi, Tesdiyanto menjelaskan tentang program tiga juta rumah yang digagas oleh pemerintah. Program ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan perumahan bagi warga di kota, desa, dan wilayah pesisir. Selain itu, program ini juga mencakup renovasi rumah yang tidak layak huni serta relokasi rumah yang terdampak bencana. Pembangunan ini melibatkan pengembang besar di perkotaan dan pengembang baru di pedesaan. Beberapa negara, termasuk Qatar dan Uni Emirat Arab, turut berkomitmen untuk mendukung program ini. Desain rumah yang akan dibangun pun dirancang dengan memperhatikan budaya lokal, sehingga mampu mencerminkan identitas daerah setempat.
Lin Yola, seorang pengamat perkotaan, memuji program ini dan menyoroti pentingnya perhatian terhadap kondisi perkampungan di wilayah pesisir yang masih jauh dari kata layak. Ia menegaskan bahwa program ini harus bersifat terbuka dan inklusif, serta tidak bisa sepenuhnya diserahkan kepada pihak swasta. Lin juga menyarankan agar program ini melibatkan berbagai sektor, disiplin, dan lembaga, termasuk akademisi, guna memastikan adanya pemantauan dan evaluasi yang konsisten.
Melalui diskusi ini, FORMA SKSG UI berharap dapat memberikan kontribusi dalam mengatasi permasalahan rumah yang layak dan mendukung tercapainya Indonesia Emas 2045.