SKSG UI Luncurkan Policy Brief tentang Dampak kembalinya Trump bagi Dinamika Global

PW106320
BeritaDiskusi PublikPolicy Brief

SKSG UI Luncurkan Policy Brief tentang Dampak kembalinya Trump bagi Dinamika Global

Jakarta, 22 April 2025 — Terpilihnya kembali Donald J. Trump sebagai Presiden Amerika Serikat tak hanya memantik perdebatan di kancah politik internasional, tetapi juga mendorong kalangan akademisi Indonesia untuk menyiapkan langkah strategis. Bertempat di Auditorium Gedung IASTH Universitas Indonesia, Program Studi Kajian Ketahanan Nasional SKSG UI dibantu Kluster Riset SKSG UI Ketahanan dan Hankam resmi meluncurkan sebuah policy brief yang bertajuk “Lanskap Geopolitik Pasca-Trump: Gejolak Kawasan Timur Tengah hingga Eropa serta Dampaknya Bagi Indonesia”, Selasa (22/4).

Acara ini dihadiri oleh akademisi, mahasiswa, asosiasi dosen, hingga instansi lembaga pemerintah terkait. Acara ini dibuka oleh Prof. Dr. Supriatna selaku Plt Direktur SKSG UI. Dalam sambutannya, Prof. Supriatna menyambut baik peluncutan policy brief ini dan berharap agar policy brief ini segera dipublikasikan dimana-mana.

Sesi panel dipandu oleh moderator Ruben Firman Ardiansyah, S.IP dari mahasiswa Kajian Ketahanan Nasional. Sesi panel diawali dengan pemaparan policy brief dari Muhammad Syaroni Rofii, Ph.D selaku tim penulis policy brief.

Policy brief yang diluncurkan hari ini memaparkan secara rinci bagaimana kebijakan luar negeri Trump, yang mengusung prinsip “America First”, telah berpotensi menciptakan ketidakstabilan sistemik, mulai dari mitra strategis Amerika di kawasan Eropa, Timur Tengah yang dinilai sebagai keuntungan ekonomis untuk meyelesaikan konflik, hingga negara-negara Asia-Pasifik yang mengalami dilema karena adanya perubahan manuver politik AS.

Policy brief ini kemudian ditanggapi dari kalangan akademisi. Laksamana Muda TNI Dr. Abdul Rivai Ras, memberikan tanggapan dari kacamata geostrategi. Menurutnya, latar belakang Trump yang tidak mempunyai pengalaman dibidang pelayanan publik serta intuisi pebisnisnya membuat kebijakan Amerika cenderung “Me-Centric”. Hal ini bertolak belakang dengan pendahulu Amerika Serikat yang cenderung “Other State Centric”.

Perubahan ini menimbulkan ketidakpastian dan tantangan tersendiri bagi tatanan internasional. Perang dagang antara AS-Tiongkok kembali memanas di era kepemimpinan Trump jilid dua dan dampak dari perang dagang ini berimbas ke Indonesia.

Dr. Palupi Lindiasari memberikan pandangannya dalam kacamata geoekonomi. Meskipun Tiongkok mendapatkan narasi yang bagus di sosial media dengan keyakinan akan memenangkan perang dagang, namun secara kalkulasi neraca perdagangan, ketahanan AS cenderung memiliki risiko yang rendah. Hal ini yang membuat AS berani bertindak agresif dalam tatanan internasional.

Alih-alih bernegosiasi dengan Amerika Serikat terkait tarif, Dr. Palupi berpendapat sebaiknya memanfaatkan pasar dalam negeri dan memperkuat ekonomi mikro. Selain itu, memanfaatkan pasar ASEAN akan menjadi langkah strategis daripada mengekspor ke AS yang memerlukan biaya logistik yang lebih mahal.

Dr. Margaretha Hanita disisi lain memberikan pandangan geopolitik terkait policy brief ini. Peta geopolitik global yang dinamis membawa hal ini kembali pada disrupsi global trade. Dr. Margaretha memberikan catatan kritis dalam policy brief ini agar tidak hanya berfokus pada ketahanan nasional di tingkat strategis, tetapi juga di tingkat operasional.

Sebagai contoh, dengan tidak berprilaku konsumtif dan menciptakan generasi muda yang mempunyai ketangguhan mental akan menjadi langkah strategis bagi Indonesia untuk menghadapi tantangan di masa mendatang.

Sesi dilanjutkan ke tanya jawab dengan audiens. Prof. Susanto menanggapi bahwa Indonesia seharusnya membawa kembali spirit kepemimpinan dan belajar kembali pada sejarah. Hal ini dikarenakan sejarah merupakan modal sosial dan modal kultural dalam menghadapi tantangan global.

Disisi lain, Prof. Sundawan memberikan tanggapan untuk memaksimalkan diaspora yang tersebar di seluruh dunia. Diaspora merupakan agen multitrack diplomacy yang potensial di masa mendatang.

Acara yang berlangsung sore hari ini menjadi ajang penting untuk memperkuat sinergi antara kalangan akademisi, pembuat kebijakan, dan masyarakat luas dalam menghadapi dinamika global yang dinamis.

Dengan peluncuran policy brief ini, Kajian Ketahanan Nasional SKSG UI berharap dapat memberikan kontribusi konkret bagi pengambil kebijakan dalam menavigasi ketidakpastian global di tengah era Trump yang kedua.