Bedah Buku “JI The Untold Story: Kisah Perjalanan Jemaah Islamiyah” Hadirkan Ragam Perspektif dalam Membuka Ruang Dialog Inklusif
May 5, 2025 2025-05-05 12:51Bedah Buku “JI The Untold Story: Kisah Perjalanan Jemaah Islamiyah” Hadirkan Ragam Perspektif dalam Membuka Ruang Dialog Inklusif

Bedah Buku “JI The Untold Story: Kisah Perjalanan Jemaah Islamiyah” Hadirkan Ragam Perspektif dalam Membuka Ruang Dialog Inklusif
Jakarta, 5 Mei 2025
Untuk pertama kalinya, buku “JI The Untold Story: Kisah Perjalanan Jemaah Islamiyah” dibedah dalam sebuah forum terbuka yang menghadirkan berbagai perspektif lintas disiplin. Acara ini menjadi ruang dialog yang mempertemukan aparat penegak hukum, akademisi, mantan anggota Jemaah Islamiyah, hingga masyarakat sipil, dalam semangat membangun pemahaman yang lebih utuh mengenai dinamika kelompok yang pernah menjadi aktor penting dalam lanskap terorisme di Indonesia.
Diselenggarakan oleh Program Studi Kajian Terorisme Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia, acara ini menghadirkan narasumber lintas latar belakang: Irjen. Pol. Sentot Prasetyo, S.I.K., penulis buku dan Kepala Densus 88 Anti Teror Polri, Dr. Amanah Nurish, antropolog, Solahudin, pakar terorisme, dan Mbah Zarkasih, mantan Amir Jemaah Islamiyah.

“Ini adalah kali pertama sejak pandemi, acara Program Studi Kajian Terorisme dihadiri lebih dari 200 orang peserta dari berbagai latar belakang,” ujar Muhamad Syauqillah, Kepala Program Studi Kajian Terorisme SKSG UI. Ia menekankan pentingnya melibatkan masyarakat luas dalam diskursus mengenai terorisme, terutama melalui pendekatan interdisipliner. Terorisme masih menjadi ancaman bagi negara, walaupun dua tahun terakhir Indonesia meraih zero attack, Indonesia masih dihadapkan oleh radikalisasi, buktinya tahun lalu lebih dari 50 orang ditangkap.

Dalam sambutannya, Ir. Maureen Pomsar Lumban Toruan, M.M., Wakil Direktur Bidang Keuangan, SDM, dan Kerja Sama SKSG UI, menegaskan pentingnya pendekatan dialogis dalam penanggulangan ekstremisme. “Melalui bedah buku ini, kami ingin mendorong pendekatan baru: ‘Countering Terrorism with Conversations’. Kami percaya bahwa percakapan yang jujur, terbuka, dan empatik merupakan bagian krusial dari strategi jangka panjang membangun ketahanan sosial dan perdamaian,” jelasnya.
Kegiatan ini turut dibuka secara resmi oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol. Eddy Hartanto S.I.K., M.H., yang menyampaikan bahwa, “Acara hari ini merupakan salah satu bentuk kesiapsiagaan negara dalam memahami dan merespons dinamika terorisme.” Ia mengapresiasi komitmen para eks anggota Jamaah Islamiyah (JI) yang telah menunjukkan perubahan sikap dan pandangan, serta keterbukaan mereka dalam dokumentasi. Beliau juga menyampaikan bahwa pendekatan penanggulangan terorisme ke depan akan mengintegrasikan pemberdayaan masyarakat, penguatan literasi digital, peningkatan kapasitas aparat, serta riset-riset strategis.
Diskusi dipandu oleh Tsabita Afifah Khoirunnisa sebagai moderator, yang dalam pengantarnya menyatakan: “Selama dua dekade terakhir, Jemaah Islamiyah kerap dipahami secara statis, padahal kelompok ini mengalami transformasi internal yang belum banyak diketahui publik.”

Beragam pandangan pun disampaikan. Brigjen Pol. Ami Pridani, S.I.K., M.Si. dari Densus 88 AT Polri mengulas strategi negara dalam menangani eks-anggota JI secara komprehensif. Solahudin menyoroti kontribusi buku ini terhadap pengayaan wacana akademik, sementara Mbah Zarkasih membagikan kisah personalnya mengenai pembubaran JI dari dalam. Dari perspektif antropologi, Dr. Amanah Nurish membahas dinamika sosial di tingkat akar rumput pasca pembubaran organisasi tersebut. Pada sesi penutup, Irjen Pol. Sentot Prasetyo, S.I.K. selaku Kepala Densus 88 AT Polri berharap buku ini dapat menjadi pembelajaran bersama, karena penulisan buku ini “berangkat dari semangat ingin menggambarkan satu sisi Indonesia bahwa kita kaya, kita bhinekka.” Acara ini mencerminkan semangat baru dalam kajian terorisme di Indonesia—yakni membuka ruang dialog yang konstruktif dan berimbang untuk membongkar narasi tunggal serta membangun pemahaman yang lebih manusiawi dan transformatif.
(red: Tsabita Afifah Khoirunnisa/M.Syauqillah)