Berita & Info

Jakarta Menuju Kota Global: Mampukah?

Dialog Interaktif Anies Baswedan (1)
BeritaKuliah Umum

Jakarta Menuju Kota Global: Mampukah?

Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia menggelar kuliah umum bertajuk “Jakarta Menuju Kota Global, Mampukah?” pada hari Kamis, 17 Oktober 2024. Acara yang dihadiri oleh akademisi, mahasiswa, dan praktisi ini menghadirkan dua narasumber utama, yaitu Anies Rasyid Baswedan, Ph.D. (Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022) dan Dr. Phil. Hendricus Andy Simarmata, S.T., M.T. (Ketua Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia), serta dimoderatori oleh Lin Yola, Ph.D. (Dosen SKSG Universitas Indonesia).

Kuliah umum ini dibuka dengan sambutan Direktur SKSG, Athor Subroto, Ph.D., yang menyoroti tantangan dalam mengelola Jakarta sebagai kota megapolitan dan berharap agar diskusi ini dapat mendorong Jakarta menjadi kota yang layak huni, inklusif, dan berstatus global.

Memasuki sesi pemaparan, Dr. Hendricus Andy Simarmata menyoroti pentingnya “selling point” yang kompetitif untuk menarik investor dan talenta global seperti aksesibilitas, konektivitas global, dan dominasi ekspatriat sebagai indikator kota global.

Dr Andy juga menyoroti perlunya “Dietary Program” untuk Jakarta, yaitu pembagian peran dengan wilayah penyangga, peningkatan transportasi publik, penyediaan hunian terjangkau, dan perbaikan lingkungan.

Sementara itu, Anies Baswedan, Ph.D. menekankan pentingnya aspek non-ekonomi dalam membangun kota global. Hal itu meliputi kesetaraan, keberlanjutan, dan keterlibatan masyarakat.

Pada kesempatan itu, Anies memaparkan program-program yang telah dilakukan selama masa jabatannya sebagai bagian dari proses Jakarta menuju global city, seperti pengembangan Transit Oriented Development (TOD), peningkatan pelayanan dasar, dan pembangunan berkelanjutan. Ia juga menekankan perlunya kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat dalam mewujudkan visi Jakarta sebagai kota global.

Lebih lanjut, Anies menyebutkan bahwa sebuah kota global harus terkoneksi secara internasional, terbuka terhadap budaya asing sambil tetap mempertahankan budaya lokal, dan mengedepankan kesetaraan. Yang lebih penting, menurutnya, sebuah kota bisa dikatakan berhasil menjadi kota global jika dapat menarik talenta global secara sukarela, bukan hanya ekspatriat yang ditugaskan ke sana.

“Parameter transportasi Jakarta bisa dianggap berhasil jika para ekspatriat sudah menggunakan transportasi umum,” tegas Anies.

Menurutnya, Jakarta memiliki semua potensi untuk menjadi kota global, tetapi harus ada komitmen politik dan kolaborasi antara semua pihak.

“Dengan gagasan yang terarah, narasi yang kuat, dan karya yang nyata, kita bisa membawa Jakarta menuju status kota global tanpa melupakan aspek non-ekonomi yang penting,” jelasnya.

Sementara itu, seorang mahasiswa Kajian Pengembangan Perkotaan bernama William juga mengungkapkan pandangannya mengenai Jakarta sebagai Kota Global. Dia menyuarakan keresahannya mengenai kesiapan Jakarta dalam menampung ‘tamu’ global jika indikator seperti livability, accessibility, dan environment masih bermasalah.

William juga menyoroti pentingnya komitmen politik yang berorientasi pada kepentingan publik serta kolaborasi yang melibatkan warga, komunitas, swasta, dan pemerintahan.
“Yang harus diperhatikan adalah, Jakarta kota global itu untuk siapa?,” tegasnya mempertanyakan.

Forum itu dilanjutkan dengan diskusi interaktif. Beberapa peserta mengajukan berbagai pertanyaan. Mulai dari pekerja sektor informal yang dianggap merampas ruang publik karena berjualan di trotoar, bagaimana pengembangan sektor sumber daya manusia, hingga apresiasi keberjalanan diskusi yang dianggap compatible pada sisi akademik ataupun pada urban management.

Menanggapi pertanyaan seputar penataan sektor informal, Dr. Andy menekankan perlunya pendekatan yang humanis dan berkelanjutan, tidak hanya sekedar penertiban. Sementara itu, Anies menekankan pentingnya solusi yang sesuai dengan karakteristik wilayah dan kebutuhan masyarakat, serta memastikan agar pembangunan kota dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat.

Acara kuliah umum ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi para pemangku kepentingan di Jakarta dalam merumuskan kebijakan dan strategi yang tepat untuk menjadikan Jakarta sebagai kota global yang inklusif, berkelanjutan, dan layak huni bagi seluruh warganya.