Berita & Info

Pengendalian Perilaku Merokok: Langkah Berarti untuk Membangun Kota Sehat

Gambar 1: Kesenjangan Kemiskinan dan Hambatan untuk Mencapai Kota Sehat Akibat Perilaku Merokok Anak Jalanan
BeritaPengabdian Masyarakat

Pengendalian Perilaku Merokok: Langkah Berarti untuk Membangun Kota Sehat

Dr. Renny Nurhasana, Dosen Kajian Pengembangan Perkotaan Sekolah Kajian Stratejik dan Global & Peneliti Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia

Prevalensi perokok di Indonesia masih tergolong tinggi, termasuk pada kelompok anak usia 10-18 tahun. Di saat negara lain berlomba untuk menurunkan prevalensi perokok anak hingga 0%, berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023, Indonesia justru memiliki prevalensi perokok anak sebesar 7,4% atau sekitar 5,9 juta anak Indonesia adalah perokok aktif. Konsumsi rokok dapat merenggut hak-hak anak menjadi tidak dapat bertumbuh kembang secara optimal; anak jalanan termasuk di dalamnya. Terlebih anak jalanan yang menghabiskan sebagian waktunya bekerja di jalanan lebih rentan terhadap berbagai risiko, salah satunya perilaku merokok, yang sering kali menjadi pintu masuk bagi penggunaan zat-zat berbahaya lainnya.

Mengatasi permasalahan yang dihadapi anak jalanan merupakan langkah penting dalam mewujudkan pembangunan kota sehat berkelanjutan. Meskipun telah ada program perlindungan, anak jalanan tetap terpapar risiko akibat kurangnya pengawasan orang tua dan pengaruh lingkungan sosial. Pendekatan holistik yang tidak hanya menyoroti aspek kesehatan, tetapi juga mempertimbangkan faktor sosial dan ekonomi, serta mengacu pada pembangunan kota sehat guna menciptakan lingkungan yang mendukung gaya hidup sehat dan perlindungan anak secara menyeluruh sangat diperlukan.

Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia (PKJS-UI) sebagai salah satu unit usaha bagian dari Unit Kerja Khusus (UKK) Center for Strategic and Global Studies (CSGS) di bawah naungan Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, telah melakukan penelitian kualitatif mengenai perilaku merokok pada anak jalanan di wilayah Jakarta, termasuk faktor dan dampak yang ditimbulkannya. Hasil temuan ini juga berkaitan dengan upaya untuk menjaga keberlangsungan pembangunan kota sehat.

Gambar 1: Kesenjangan Kemiskinan dan Hambatan untuk Mencapai Kota Sehat Akibat Perilaku Merokok Anak Jalanan
Gambar 1: Kesenjangan Kemiskinan dan Hambatan untuk Mencapai Kota Sehat Akibat Perilaku Merokok Anak Jalanan

Sebagai wujud dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, pada tahun 2024 lalu hasil penelitian ini disampaikan secara lebih luas dalam International Conference on Integrated Urban Planning (ICIUP) 2024 pada 24-25 Juli 2024 di Kuala Lumpur, Malaysia dengan judul Reducing the Prevalence of Smoking among Street Children to Maintain the Sustainability of a Healthy City in the Urban Area of Jakarta. Pada kesempatan tersebut, peneliti menyoroti bahwa beberapa faktor yang membuat anak jalanan berperilaku merokok, di antaranya karena harga rokok yang murah, pengaruh keluarga dan teman, pengaruh dari iklan rokok, serta kemudahan aksesibilitas. Dampak yang mereka rasakan dari kebiasaan perilaku merokok, yaitu kecanduan, penurunan kondisi kesehatan, dan penurunan kemampuan ekonomi. Dari penelitian tersebut juga telah dianalisis lebih lanjut bahwa perilaku merokok pada anak jalanan dapat membuat mereka terjebak pada siklus kemiskinan. Siklus kemiskinan tersebut karena berkurangnya pengeluaran untuk kebutuhan pokok akibat membeli rokok dan munculnya penyakit yang mulai dirasakan oleh beberapa informan anak jalanan. Selain itu, perilaku merokok mengakibatkan menurunnya produktivitas akibat penyakit yang mengancam jiwa dan mahal. Siklus ini akan mengganggu terwujudnya kualitas hidup yang lebih baik, seperti peningkatan ekonomi keluarga, kelangsungan pendidikan, dan peningkatan kesejahteraan, pada individu dan masyarakat, yang dapat berdampak pada tercapainya kota sehat.

Untuk melindungi anak jalanan dan mendorong terciptanya kota sehat berkelanjutan, kita membutuhkan kebijakan yang komprehensif, baik dari sisi fiskal maupun non-fiskal. Kebijakan tersebut dapat mencakup kenaikan harga rokok melalui cukai, pelarangan penjualan rokok batangan kepada anak-anak, penguatan program dukungan sosial, penyediaan layanan Klinik Berhenti Merokok, serta penegakan peraturan Kawasan Tanpa Rokok di tingkat lokal. Dengan adanya integrasi strategi-strategi ini, diharapkan pemerintah dapat lebih optimal untuk melindungi anak jalanan dari bahaya tembakau, meningkatkan kesejahteraan mereka, dan mendorong keberlanjutan kota sehat. Hal ini menjadi dasar penting untuk memastikan bahwa anak jalanan, sebagai bagian dari populasi perkotaan, tumbuh menjadi individu yang sehat dan produktif, serta berkontribusi terhadap keberlanjutan kota sehat dengan menghindari paparan zat adiktif.
Penelitian berjudul Reducing the Prevalence of Smoking among Street Children to Maintain the Sustainability of a Healthy City in the Urban Area of Jakarta yang ditulis oleh Renny Nurhasana, Risky Kusuma Hartono, Aryana Satrya, Fadhilah Rizky Ningtyas, dan Isranalita Madelif Sihombing,  telah diterbitkan di Jurnal Planning Malaysia (Terindeks Scopus Q2), Volume 23 Issue 2 (2025), Page 71 – 83 pada April 2025 (https://doi.org/10.21837/pm.v23i36.1703). Melalui publikasi ilmiah tersebut, diharapkan segenap pemangku kebijakan terkait dapat mengambil sikap konkret untuk melindungi generasi penerus bangsa dan terwujudnya keberlanjutan pembangunan kota sehat.