UI Luncurkan Indeks Terorisme Dunia, Indonesia peringkat 51
January 13, 2025 2025-01-14 9:45UI Luncurkan Indeks Terorisme Dunia, Indonesia peringkat 51
Jakarta, 13/01. Terorisme telah menjadi kekhawatiran negara-negara di dunia tidak terkecuali Indonesia. Tiap-tiap negara memerlukan gambaran situasi ancaman terorisme untuk dapat menghalaunya.
Menjawab tantangan tersebut, Universitas Indonesia melalui Research Centre for Security and Violent Extremism (RECURE), meluncurkan laporan World Terorism Index (WTI) sekaligus pusat data terorisme yang dapat diakses publik. WTI merupakan riset kolaboratif yang diinisiasi Universitas Indonesia dengan melibatkan banyak lembaga yang terkait dengan penanganan dan pencegahan terorisme di Indonesia.
Ketua Program Kajian Terorisme UI, M Syauqillah menyampaikan harapannya agar WTI dapat menjadi rujukan bagi upaya semua stakeholder penanganan terorisme guna terus memperbaiki indeks yang telah dicapai.
“kami berharap bahwasanya Universitas Indonesia dengan tagline unggul dan impactful, semua riset yang ada disini mempunyai impact yang luar biasa kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara,” ucapnya
Lebih jauh Syauqillah mengatakan bahwa dari sistem penilaian yang dibangun oleh WTI, Indonesia berada di peringkat 51 bersama Korea Selatan dan Chili dari total 148 negara yang dianalisis. Indeks WTI dibangun berdasarkan peristiwa (insiden), jumlah korban tewas, korban luka, penangkapan sebelum aksi, dan penangkapan setelah aksi.
“Indonesia berada di ranking 51 dengan skor 18 yang bermakna low impact” ujarnya.
Dalam penjelasannya, Syauqi mengatakan data yang diolah berasal dari tahun 2021. Namun laporan yang dibuat saat ini khusus untuk tahun 2024 dimana dalam kurun 2023-2024 tidak ada satupun serangan teroris yang berhasil dilakukan di Indonesia.
Dalam kesempatan ini, Letjen Purn Muhammad Munir, staf ahli menteri koordinator bidang politik dan keamanan menguraikan potensi ancaman terorisme global yang mungkin berdampak bagi Indonesia. Dia mengatakan bahwa terdapat pergeseran pusat terorisme global.
Sejak 3-4 tahun terakhir setelah Amerika melepas Afganistan dari pendudukannya dimana Afganistan kini dikuasai oleh Taliban. Situasi demikian menurutnya membuka peluang kelompok-kelompok yang tadinya bermarkas di Syiria, terutama di Irak, bergeser ke Khurasan di Afganistan. Munir menyebut, Islamic State in Khurasan Province memegang peran kunci pergerakan Islamic State saat ini.
“Kita monitor kita diteksi mereka bergerak kesana karena merasa daerah itu menjadi daerah kondusif bagi mereka,” katanya.
Kiblat Afiliasi IS di Indonesia mulai bergeser dari Irak dan Suriah ke Afganistan. Begitu juga dengan kembalinya gejolak teroris regional seperti serangan teror di markas kepolisian Ulu Tiram, Malaysia pada 17 Mei 2024 yang dilakukan oleh anggota Jamaah Islamiyah.
Penasihat Presiden Bidang Politik dan Keamanan, Jenderal Wiranto mengatakan bahwa ancaman terhadap negara terus berkembang seiring perkembangan sosial masyarakat.
“Dari berbagai ancaman ini saya kira, dari pengalaman yang saya anut, ngelawan teror ini paling susah sebenarnya, ngelawan barang gak keliatan, dia mencair bersembunyi di masyarakat,” ujarnya.
Karena itu menurut Wiranto penting untuk mengetahui aksi terorisme untuk melawan aksi terorisme. Dia menyambut baik laporan WTI dan upaya mempelajari terorisme secara mendalam.
“ini bagus, jangan kita berhenti di menyusun indeks saja. Kalau berhenti disana percuma. Kita akan ketinggalan dengan kecepatan, dinamika perkembangan dari terorisme itu. Dia cepat sekali berkembang dengan teknologi yang ada. Dengan kemajuan perkembangan teknologi akan berjalan lurus dengaan perkembagnan terorisme dunia,” tegasnya.
WTI merupakan hasil kajian yang menurut tim penelitinya akan terus diperbaharui dari masa ke masa sehingga dapat menjadi rujukan kebijakan melawan terorisme di Indonesia.