Berita & Info

Perjalanan Mahasiswa SKSG di Jepang dalam Program Beasiswa Osaka Gas Foundation of International Cultural Exchange (OGFICE) 11 Januari s.d 8 Maret 2023

Berita

Perjalanan Mahasiswa SKSG di Jepang dalam Program Beasiswa Osaka Gas Foundation of International Cultural Exchange (OGFICE) 11 Januari s.d 8 Maret 2023

Empat mahasiswa SKSG UI bersama pengajar dan staf Japan Foundation Kansai dan perwakilan Osaka Gas berfoto bersama dalam acara wisuda OGFICE 2022 pada Selasa 7 Maret 2023 di Osaka, Jepang.

Empat mahasiswa Kajian Wilayah Jepang Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia (KWJ SKSG UI) telah mengikuti program beasiswa di Jepang yang diselenggarakan oleh Osaka Gas Foundation of International Cultural Exchange (OGFICE) dan Japan Foundation selama 11 Januari-8 Maret 2023. Keempat mahasiswa tersebut, di antaranya Mutiara Rachmadini Effendi, Beby Fitri Xaviera Gunawan, Nidar Lutfiyatur Rohmah, dan Mochamad Januar Rizki.

Dalam program tersebut, para mahasiswa mengikuti berbagai kegiatan seperti pelatihan bahasa Jepang tingkat lanjut, penelitian lapangan, belajar budaya dan sejarah Jepang. Para mahasiwa mendapat kesempatan mengunjungi kota-kota besar Jepang seperti Tokyo, Osaka dan Kyoto.

Mutiara menceritakan terdapat dua fokus utama dalam program beasiswa ini yaitu pembelajaran bahasa Jepang dan penelitian. Selama satu bulan pertama setelah tiba di Jepang, para mahasiswa mengikuti program belajar bahasa Jepang terlebih dahulu. Program belajar bahasa Jepang ini dilakukan di Human Academy-Japanese Language School Osaka. Dalam program tersebut, para mahasiswa mendapat pengajaran dari orang Jepang secara langsung. Program ini dibiayai Osaka Gas Foundation of International Cultural Exchange (OGFICE).

“Program bahasa ini sangat membantu kami mempelajari bagaimana berkomunikasi yang baik dan benar dengan orang Jepang. Sebab, dalam bahasa Jepang terdapat perbedaan gaya bicara dan tata bahasa yang digunakan saat kita berbicara dengan teman, orang yang lebih tua dan orang yang tidak dikenal. Setelah mengikuti pelatihan bahasa Jepang ini, kami memiliki rasa percaya diri untuk melakukan penelitian lapangan,” ungkap Mutiara, Senin (3/4).

Selanjutnya, keempat mahasiswa ini juga melaksankan penelitian lapangan dengan topik yang berbeda-beda. Topik-topik penelitian yang diajukan masing-masing antara lain Kesejahteraan Masyarakat Tuli: Tinjauan dari Kafe Berbahasa Isyarat (Deaf People Welfare Seen From Sign Language Cafes) oleh Mutiara; Dramaturgi Pekerja Perempuan Jepang dalam Masa Pandemi Corona (Japanese Women’s Worker’s Dramaturgy During the Corona Pandemic) oleh Beby; Animator Muda Jepang di antara Kegemaran dan Eksploitasi Pekerja (Passion and Exploitation Among Japanese Young Animators) oleh Nidar; Persepsi Pelaku Usaha Restoran Halal di Jepang Pasca-Pandemi Covid-19 (Perception of Halal Restaurant Owner Post-Pandemic).

Penelitian lapangan ini dilakukan di Tokyo dan Osaka. Dalam penelitian ini, para mahasiswa berusaha mewawancarai narasumber orang Jepang setelah menyusun rancangan terlebih dulu yang dibimbing para tutor Japan Foundation Kansai. Setelah melakukan wawancara, para mahasiswa tersebut mempublikasikan hasil penelitiannya di hadapan para staf dan peserta pelatihan dari negara lain di Gedung Japan Foundation Kansai.

“Program penelitian ini menjadi pengalaman paling berharga bagi saya karena dapat secara langsung mengkaji objek permasalahan yang ingin diteliti. Selain itu, kami juga mendapatkan bimbingan dari para pengajar Japan Foundation Kansai mengenai penyusunan laporan penelitian dan presentasi dengan bahasa Jepang yang formal,” ungkap Januar.

Sementara itu, Beby menyampaikan program beasiswa ini memberi kesempatan untuk mempelajari seni dan kebudayaan Jepang secara langsung. Dia menceritakan dalam program ini terdapat kegiatan menyaksikan bunraku yaitu teater sandiwara boneka tradisional, kadou yaitu seni merangkai bunga dan shodou yaitu seni kaligrafi tradisional.

“Terdapat filosofi yang dalam pada seni dan kebudayaan Jepang. Dalam melakukan seni dan kebudayaan tersebut terdapat tata cara dan teknik yang harus dilakukan sesuai dengan yang diajarkan para pengajar. Selain itu, terdapat nilai-nilai positif yang terkandung dalam seni dan kebudayaan tersebut yang dapat menjadi inspirasi dalam kehidupan,” ungkap Beby.

Para mahasiswa juga mendapat kesempatan mengunjungi situs-situs bersejarah Jepang yang berada di Kyoto. Destinasi yang dikunjungi antara lain Kinkaku-Ji, Fushimi Inari Taisha, Kiyomizu-dera dan Kitano Tenmangu Shrine. Selain tempat bersejarah, para mahasiswa juga mengunjungi Kyoto International Manga Museum dan pembuatan tas tangan (tote bag) khas Kyoto.

“Mengunjungi situs-situs bersejarah memberi pengetahuan kepada saya dan teman-teman mengenai periodesasi sistem pemerintahan dan masyarakat Jepang dahulu yang berpengaruh hingga saat ini. Kami juga lebih mendapatkan pemahaman secara langsung mengenai kearifan lokal Jepang dalm pembangunan dan arsitektur sehingga menghasilkan kota-kota yang indah,” ungkap Nidar.

Penulis: Mochamad Januar Rizki