Berita & Info

Kuliah Tamu Kajian Terorisme “Eurasia and the New Radicals”

Uncategorized @id

Kuliah Tamu Kajian Terorisme “Eurasia and the New Radicals”

Radikalisme dan Aksi terorisme menjadi bahasan serius di Eropa setelah munculnya ISIS dan serangan Teror di Eropa. Serangan Charlie Hebdo dan Serangan Bandara Brusel, adalah dua contoh serangan dari banyak serangan yang terjadi di Eropa. Dan bagaimanapun juga serangan teror yang terjadi memiliki keterkaitan dengan fenomena gerakan ekstrimisme mengatasnamakan agama.

 

Untuk mengungkap berbagai hal berkenaan dengan radikalisme di Eropa dan Asia, Program Studi Kajian Terorisme dan Center for Strategic and Global Studies menggelar diskusi bertajuk ‘Eurasia and the new Radicals’ pada Kamis, 20 September 2018, bertempat di Gedung IASTH lantai 4. Acara diskusi dipandu oleh Dr. Polit Saptatia selaku Ketua Program Studi Kajian Eropa dengan Narasumber Prof. Dr. Anis H. Bajrektarevic dari International Institute for Middle East and Balkan Studies, Vienna Austria.

Pada sambutan pembuka diskusi, Dr. Muhammad Luthfi mengungkapkan bahwa Eropa menjadi bahasan yang sangat penting, karena bagaimanapun jika melihat situasi di kawasan Timur Tengah, Inggris menjadi salah satu negara yang dominan dalam peta perpolitikan dan gerakan Islam di Timur Tengah.

 

Prof. Anis mengungkap beberapa dinamika penting terkait Eurasia, mulai dari geopolitik kawasan Asia dengan pertumbuhan ekonomi beberapa negara seperti China, Korea Selatan, India dan begitu juga Indonesia, yang diikuti dengan penggunaan teknologi. Dalam konteks radikalisme, penggunaan teknologi menjadi problematika tersendiri. Perkembangan radikalisme di Eurasia tidak bisa dilepaskan dari dinamika geopolitik dan kebijakan geosecurity.

 

Prof. Anis menyarankan bagaimana menurunkan radikalisme, maka yang harus dilakukan adalah jangan menciptakan situasi yang akan menumbuhkan radikalisme sebagaimana juga isu pengungsi, bagaimana supaya pengungsi tidak ada, maka jangan ciptakan peristiwa atau suasana yang justeru akan menciptakan pengungsi.

(red-MS)