Berita & Info

Mengenang Sumpah Pemuda untuk Menjadi Suatu Bangsa Indonesia.

Uncategorized @id

Mengenang Sumpah Pemuda untuk Menjadi Suatu Bangsa Indonesia.

Program Studi Kajian Ketahanan Nasional, turut memperingati hari sumpah pemuda hal ini dilakukan untuk mendorong Mahasiswa dilingkungan SKSG-UI agar tidak melupakan peran pemuda dalam mempersatukan perjuangan bangsa dan memupuk sikap nasionalisme pemuda.

Seminar diselenggarakan pada Hari Selasa 30 Oktober 2018 bertempat di Gd. IASTH lantai 3, acara dihadiri oleh beberapa pimpinan Pascasarjana Universitas Indonesia menghadirkan narasumber Prof. Dr. Anhar Gonggong (Sejarawan) dan Ibu Dr. Ir. Paristiyanti Nurwardani (Kemenristekdikti).

Pada kesempatan seminar yang dihadiri oleh Direktur SKSG UI dan civitas akademika UI, Prof. Anhar mengemukakan bahwa kita seringkali melupakan momentum hari sumpah pemuda, kadang kita terlalu disibukkan oleh acara seremonial belaka. Prof. Anhar mengingatkan demokrasi tidak akan terwujud kalau kita tidak berpikir dewasa dan berfikir jernih, dan inilah yang menjadi problematika kita saat ini di Indonesia.

Melanjutkan presentasi Prof. Anhar, Dr. Ir. Paristiyanti Nurwardani selaku pihak dari kemenristekdikti menyampaikan gagasan pemerintah yang tercantum dalam Nawa Cita di bidang pendidikan, terutama dalam menghadapi revolusi 4.0, Dr. Paris menyampaikan bahwa saat ini pihaknya sedang mempersiapkan periode generasi emas dan salah satu instrumennya adalah sistem pembelajaran hybrid, membuka literasi publik akan pentingnya big data dan teknologi.

Seminar diakhiri dengan sesi tanya jawab. Salah satu pertanyaan yang mengemuka adalah bagaimana relasi manusia dan big data, strateginya seperti apa? Dr. Paris merespon dengan menjelaskan bahwa pihaknya telah melakukan program General Education dan telah tersusun buku panduannya. Untuk implementasinya, kemeristekdikti telah membuat pilot project di 27 perguruan tinggi. Justru pilot project empati datangnya dari Sorong.

Pertanyaan lain juga ditujukan kepada Prof Anhar, salah satu penanya melontarkan pertanyaan mengapa Republik ini belum kerja waras terlihat dengan maraknya kasus korupsi. Bagaimana mengantisipasi itu? Bagaimana Indonesia yang memiliki bonus demografi tetapi terancam gagal dengan banyaknya penyelundupan narkoba dari negara lain. Merespon pertanyaan tersebut, Prof Anhar menyampaikan pemahaman tentang demokrasi masih tersekat-sekat. Salah satu penyebabnya, karena pemikiran kita masih feudal. Satu hal yang ada pada orang feudal adalah, kedudukan sebagai bagian dari dirinya. Sehingga dia takut kehilangan jabatannya. Sehingga, tidak ada institusi yang berani membuka kritik. Karena orang sangat takut kehilangan jabatannya itu.

(Syaiful Rohman)