Berita & Info

The 7th ICSGS 2023

foto-bersama-icsgs-5-1024x575 (1)
Berita

The 7th ICSGS 2023

Acara Internasional Conference on Strategic and Global Studies (ICSGS) yang ke-7 tahun 2023 ini diselenggarakan oleh Sekolah Kajian Strategis dan Global (SKSG), Universitas Indonesia, bekerja sama dengan Alfred Deakin Institute, Deakin University, dan Perhimpunan Pelajar Indonesia di Australia (PPIA) Deakin University & Victoria. Pembicara dan peserta datang dari berbagai negara, di antaranya dari Jepang, Tiongkok, Selandia Baru, Pakistan, Malaysia, Turki, Ghana, Indonesia, Australia, Mesir, Selandia Baru, dan Jerman.

Mengambil tempat di Deakin Downtown, ICSGS 2023 diselenggarakan dalam dua hari, pada tanggal 24-25 Juli 2023. Tema yang diusung pada konferensi adalah “Democracy, Development, and Digital Culture: Building Resilience after Pandemic”.

Di kesempatan hari pertama, Direktur SKSG, Athor Subroto, Ph.D., memberikan sambutan pembuka dengan penekanan pada kolaborasi di antara para akademisi untuk dapat menyelesaikan masalah-masalah global yang bersifat disruptif dan dapat mengganggu keamanan dunia. Beliau juga menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Bahlil Lahadalia selaku Menteri Investasi, Badan Koordinasi Penanaman Modal Perwakilan Australia, Atase Pendidikan Kebudayaan KBRI Indonesia di Canberra, Konsulat Jenderal Indonesia di Melbourne, Asia New Zealand Foundation, PT. Pupuk Indonesia, PT. Indobara Sukses Makmur, dan PT. Pertamina yang sudah menjadi sponsor dari konferensi ICSGS ke-7. Turut hadir sebagai tuan rumah, Prof. Matthew Clarke, Pro Vice Chancellor Deakin University, juga memberikan prakata singkat yang turut menyambut baik konferensi ini serta memberikan penekanan atas bagaimana tema ini ditanggapi dengan baik dan mengantispasi perubahan-perubahan yang terjadi.

Dalam pengantarnya yang bersahabat, Bapak Kuncoro Waseso, selaku Konsul Jenderal Indonesia di Melbourne, memberikan pernyataan yang menyejukkan. Beliau mengatakan bahwa Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk turut serta menyelesaikan masalah-masalah global, menjaga perdamaian dunia, sekaligus mendukung pembangunan berkelanjutan. Selain itu, pentingnya gotong royong atau kolaborasi menjadi sesuatu yang dikedepankan oleh beliau dalam mewujudkan komitmen Pemerintah Indonesia di atas.

Prof. Vedi R. Hadiz dari University of Melbourne, yang menjadi Keynote Speaker pertama, berbicara hal penting yang melengkapi soal-soal yang telah disinggung sebelumnya. Beliau memberi perhatian yang terutama terjadi di dunia, yaitu soal ketimpangan. Ada penguasaan kekayaan yang terdistribusi pada sedikit orang, baik di Dunia maupun Indonesia. Khusus pada Indonesia, mengutip laporan Bank Dunia, 1% orang Indonesia menguasai 50% kekayaan Indonesia. Menurut Prof. Vedi, hal ini akan mempengaruhi banyak bidang, termasuk bagaimana kita dapat mewujudkan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Dalam konteks ini, menyinggung kegiatan Pemilu yang akan dilaksanakan di tahun depan, para kandidat yang akan maju belum mengusung soal ini sebagai pokok perhatiannya.

Keynote Speaker selanjutnya, Prof. Greg Barton dari Alfred Deakin Institute memberi gambaran soal megatrend dunia dalam berbagai segi. Yang pertama berhubungan dengan bagaimana Barat mengalami beberapa persoalan berat meskipun belum mengalami kejatuhan. Ini dapat dilihat dalam krisis Ukraina yang disebabkan perang dengan Rusia. Segi kedua yang disoroti Prof. Greg menyangkut perkembangan yang terjadi di Tiongkok. Ini meliputi kekhawatiran tentang terjadinya perang di Selat Taiwan mengingat ketegangan dengan Tiongkok yang meningkat. Di segi yang ketiga, soal krisis iklim menjadi perhatiannya. Ini akan menjadi persoalan yang boleh jadi akan kita wariskan kepada generasi selanjutnya karena sifatnya yang jangka panjang. Kita perlu mencari cara bagaimana ini diselesaikan dengan baik. Dalam segi yang keempat, dinamika populasi global menjadi perhatian.

Persoalan ini berayun di antara kelebihan populasi dengan penurunan populasi. Negara-negara Barat dan Asia Timur mengalami penurunan, termasuk Tiongkok. Kalau di negara Afrika, ini berkembang sebaliknya. Yang kelima, segi yang disoroti adalah transformasi digital. Disrupsi karena soal digital telah membawakan fenomena baru yang menantang berbagai aspek kehidupan. Ini termasuk hadirnya Generative Artificial Intelligence yang memberikan tantangan dalam pendidikan. Di segi yang terakhir, Prof. Greg memberi catatan pada soal Demokrasi vs. Populisme. Tantangan demokrasi terkini adalah bagaimana mempertahankan prinsip-prinsipnya di hadapan tekanan otoritarianisme populisme. Demikian, catatan penting yang bisa disampaikan dari acara ICSGS ke-7 ini.

Di luar catatan tersebut, masih banyak materi diskusi yang menarik untuk dicermati dalam diskusi panel utama dan juga diskusi panel para presenter di topik-topik yang khusus. Para pembicara lainnya berasal dari Universitas Indonesia, Deakin University, dan Universitas Melbourne.

Hadir juga pemakalah Prof. Sharyn Davies dari Monash University, Prof. Anthony Ware dari Deakin University, Prof. Naoko Kumagai dari Aoyama Gakuin University, serta Prof. James Ockey dari University of Canterbury.
Sedangkan dari Universitas Indonesia, pemakalah yg turut presentasi di antaranya adalah: Dr. A. Hanief Saha Ghafur, Ninasapti Triaswati, Ph.D., Muhammad Dian Revindo, Ph.D., Mia Siscawati, Ph.D., Yon Mahmudi, Ph.D., serta beberapa dosen dan mahasiswa S2 dan S3 dari SKSG UI dan luar UI.

Dalam penutupan acara ini, perwakilan penyelenggara konferensi ICSGS yang ke-8 tahun 2024 mengumumkan bahwa konferensi tersebut akan diselenggarakan oleh SKSG-UI bekerjasama dengan Zayed University, Dubai, Uni Emirat Arab (UAE).