Berita & Info

Diskusi “Melacak Jejak Darul Islam”

Berita

Diskusi “Melacak Jejak Darul Islam”

Membincang jejak radikalisme di Indonesia tentu tidak bisa dilepaskan dari keberadaan Darul Islam. Organisasi yang didirikan oleh RM. Kartosuwiryo adalah embrio dari gerakan radikalisme di Indonesia. Bertempat di Aula lantai 4 gedung Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia Salemba, Program Studi Kajian Terorisme menggelar diskusi bertajuk ‘Melacak Jejak Darul Islam,’ dengan narasumber Quinton Temby, PhD dari Australian National University. Acara diskusi dihadiri oleh mahasiswa program studi Kajian Terorisme dan mahasiswa program studi di lingkungan SKSG serta mahasiswa lain dari perguruan tinggi di Jakarta.

Pada pembuka acara diskusi yang berdurasi lebih dari dua jam, Muhamad Syauqillah, PhD selaku Ketua Program Studi Kajian Terorisme menyampaikan bahwa mengetahui Darul Islam menjadi sangat penting karena hingga hari ini sudah bertransformasi dalam berbagai bentuk gerakan. Syauqillah berharap kegiatan seperti ini akan secara rutin dilaksanakan oleh Prodi Kajian Terorisme.

Dalam diskusi yang berlangsung santai dan diwarnai tawa peserta diskusi, Temby membuka hal menarik, bahwa Darul Islam bukanlah organisasi yang memiliki visi transnasional, kendati pada perjalanannya aktifis Darul Islam banyak terlibat dalam dalam aktifitas di Malaysia, Filipina dan Afganistan, Jamaah Islamiyahlah, yang dibentuk di Malaysia, yang membuat aktifis Darul Islam berwawasan transnasional.

Poin lain yang tak kalah penting adalah uraian Temby tentang berpisahnya Jamaah Islamiyah dari Darul Islam. Pertama, karena perbedaan ideologi, perbedaan ini terlihat dengan bagaimana Jamaah Islamiyah menyikapi fenomena mistis di kalangan Darul Islam; Kedua, masalah transparasi pengelolaan keuangan di internal dan ketiga, perbedaan pandangan kalangan Jamaah Islamiyah bahwa saat ini konsepsi negara Islam Indonesia tidak relevan dengan perkembangan zaman, konsep jamaah dinilai lebih pas.

Diskusi ditutup dengan tanya jawab peserta dan narasumber, menariknya pertanyaan peserta tentang mengapa Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Baasyir dengan leluasa ke Malaysia dan mendirikan pesantren di Malaysia? Menjawab pertanyaan ini, Temby tidak mau banyak berkomentar dengan alasan sensitif. Pertanyaan lain yang juga sempat ditanyakan adalah bagaimana posisi orang Indonesia dalam konstalasi gerakan transnational jihad ini? Temby menjawab dengan sederhana bahwa dalam konstalasi Global, orang Indonesia punya peranan cukup penting, misalnya apa yang diperankan oleh Hambali, yang diduga juga terlibat dalam aksi 11 September 2001.