Berita & Info

Mini Diskusi, “Relasi DIplomatik Turki dan Israel”

Uncategorized @id

Mini Diskusi, “Relasi DIplomatik Turki dan Israel”

Jumat, 15 Februari 2019, Kajian Wilayah Timur Tengah dan Islam (KTTI), Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia (SKSG UI) mengadakan diskusi terbatas dengan tema “Relasi DIplomatik Turki dan Israel”. Terselenggara di Gedung SKSG UI, Kampus Salemba UI.

Sambutan dari Ketua Program Studi KTTI Yon Mahmudi, Ph.D mengawali jalannya diskusi. Dalam sambutannya beliau menyebutkan, bahwa Turki memiliki konsep zero policy, sehingga berupaya tidak memiliki musuh, terutama di Kawasan Timur Tengah. Namun, semangat Erdogan dan  Adalet ve Kalkınma Partisi (AKP) atau Partai Keadilan dan Pembangungan, juga membantu rakyat Palestina. 

MC sebagai pemandu acara adalah mahasiswi Kajian Wilayah Amerika, Finasari

Muhamad Syauqillah, Ph.D. Kaprodi Kajian Terorisme SKSG dan juga Staf Pengajar KTTI menjadi moderator acara.

Narasumber diskusi adalah Tufan Kutay Boran.

Kutay adalah magister lulusan International Relations dari Selçuk University. Saat ini Kutay sedang belajar di BIPA UI dan mempersiapkan diri untuk mengikuti program doktoral di Universitas Indonesia. Kutay membahas sejarah hubungan kaum Yahudi di wilayah Turki. Beberapa kejadian penting seperti revolusi Perancis, Penaklukan oleh Napoleon, Perang dunia I, Deklarasi Balfour, Perang Dunia II dan lainnya. Setelah membahas sejarah, Kutay langsung memfokuskan diskusi terkait relasi diplomatic Turki dan Israel di masa kepemimpinan pertama AKP hingga hari ini. Beberapa kasus yang membuat pasang surut hubungan diplomatic kedua negara; pernyataan Trump terkait Yerussalem Ibu kota Israel, Hamas yang berkuasa di Palestina, pengungsi Palestina, kekerasan di perbatasan Israel-Palestina, hingga masifnya pembangunan pemukiman milik Israel di Tepi Barat.  Kembali kepada Zero Policy, Kutay menyebutkan kebijakan Zero Policy Turki bertujuan agar negara yang ada di Timur Tengah  saling damai  tanpa ada pertikaian dan permusuhan. Konsep ini dikenalkan oleh PM Davutoğlu, karena dia melihat posisi turki yang strategis untuk jadi penengah di antara negara-negara Timur Tengah.  Namun, permasalah Palestina-Israel ini menurut Kutay membuat hubungan Turki dan Israel menjadi terlihat sulit dan tanpa kemajuan. Diskusi terbatas ini dihadiri 25 orang, membuat atmosfir diskusi berjalan dengan baik.

Pada sesi tanya jawab, Najmuddin, mahasiswa KTTI beropini bahwa relasi Turki dan Israel (Yahudi) terjalin dengan baik bahkan sebelum kepemimpinan AKP, seperti pasukan Yahudi yang menjadi bagian dari pasukan  Kesultanan Ottoman di perang dunia I, selain itu juga terdapat kesamaan keduanya dalam permasalahan etnis yang bukan Arab. Kutay menyetujui opini ini, dan menambahkan bahwa relasi keduanya baik dalam bisnis, dan memang renggang saat membahas Palestina.

(red:Imam Khomaeni Hayatullah; pic:PW)

 

[ngg src=”galleries” ids=”9″ display=”basic_thumbnail” override_thumbnail_settings=”1″ thumbnail_width=”160″ thumbnail_height=”120″ images_per_page=”16″ number_of_columns=”4″]