Berita & Info

Peneliti Kajian Terorisme SKSG UI menjadi pembicara dalam konferensi Cyber Defense 2019

Uncategorized @id

Peneliti Kajian Terorisme SKSG UI menjadi pembicara dalam konferensi Cyber Defense 2019

Penggunaan mata uang kripto (cryptocurrency) untuk pendanaan terorisme dan aksi terorisme siber (cyber terrorism) adalah dua dari lima wujud realitas yang kompleks dan sedang dihadapi Negara Indonesia saat ini. Realitas ini merupakan tantangan yang dapat dicegah melalui upaya deterrence dan cyber deterrence. Hal ini disampaikan oleh peneliti dari Program Studi Kajian Terorisme SKSG UI, Garnadi Walanda Dharmaputra yang hadir sebagai pembicara dalam konferensi internasional Cyber Defense Conference 2019 di Kuala Lumpur, Malaysia (CYDEF), diselenggarakan pada tanggal 18 dan 19 Juni 2019.

CYDEF adalah konferensi tahunan yang mempertemukan para praktisi, akademisi dan profesional dari industri berkaitan dengan terorisme, keamanan internasional, dan keamanan siber (cyber security) dalam rangka berbagi temuan untuk menghadapi tantangan transformasi dan disrupsi digital saat ini dan ke depannya. CYDEF diselenggarakan oleh Asosiasi Internasional Profesional dalam Kontra-Terorisme & Keamanan Regional Asia Tenggara (IACSP Southeast Asia Region). IACSP Regional Asia Tenggara dibentuk tahun 2006, dan merupakan bagian dari IACSP global yang telah berdiri sejak tahun 1992 berpusat di Virginia, Amerika Serikat. 

 

CYDEF pada tahun ini bertemakan ‘Cyberspace dan Ancaman terhadap Keamanan Nasional’ dan dibuka oleh Wakil Perdana Menteri Malaysia, Dato’ Seri Dr. Wan Azizah Bt Wan Ismail. Delegasi dari Indonesia diwakili oleh Dr. Yanuar Nugroho, Deputi II Kepala Staf Kepresidenan Republik Indonesia yang hadir sebagai pembicara kunci di hari pertama. Pada hari kedua Garnadi menyampaikan hasil dan rekomendasi penelitiannya dengan materi berjudul ‘Enhancing the Deterrence Strategy: an Effort to Prevent Charitable Entities from Terrorist Financing’. Di dalam materi ini selain membahas kompleksitas pendanaan terorisme yang dihadapi Indonesia, Garnadi juga membahas hasil analisis dari studi kasus terkait fraud di dalam pendanaan terorisme serta opsi upaya pencegahannya guna penyesuaian kebijakan lebih lanjut oleh pemerintah.

Delegasi dari seluruh dunia hadir bersama dalam konferensi ini untuk membahas dan berbagi temuan-temuan terkini beserta solusi terhadap tantangan di dunia siber. Pembicara lainnya yang juga membawakan materi terkini antara lain Tanvinder Singh, Direktur Cybersecurity PricewaterhouseCoopers dengan materi mengenai ‘The Anatomy of a Modern Cyber Attack’, Dato’ Ts. Dr. Haji Amirudin bin Abdul Wahab, Chief Executive Officer Cybersecurity Malaysia dengan materi ‘How Does The Internet Pose a Threat to National Security?’, Kieran O’Shaughnessy, Direktur Asia Pasifik Accellion dengan materi mengenai ‘Protecting the Cyber Supply Chain – Zero Trust Imperative of Third Party Risk’, Maciej Dziobek, Direktur Bisnis dari Bitdefender dengan materi ‘Ransomware Attacks – How Companies are Dealing with Ransom Threats’, Chris Gerrits, Chief Executive Officer Infocyte mengenai  ‘Threat Intelligence, Deceptions, Confusions & Attacks’ dan Pasi Koistinen, Chief Operations Officer Cyber Intelligence House mengenai ‘Cyber Exposure Risk of The Dark Web’.

(red: Garnadi Walanda Dharmaputra)